Wednesday, December 9, 2015

Tidak Di Jual

Akhirnya saya sudah terlalu jengah dengan pertanyaan “kenapa nggak di jual?”

Pertanyaan sepele tadi kerap saya dengar dari orang-orang terdekat; sahabat, teman nongkrong, keluarga, mantan pacar bahkan gebetan. Sampai titik bosan atas pertanyaan itu, saya masih belum pernah puas menjawab dan seringnya tidak saya jawab. Tersenyum saja, berharap mereka selesai dengan pertanyaan yang sebenernya bukan sekedar iseng atau basa basi. Karena beberapa di antara mereka sangat serius dengan pertanyaan tadi. Mereka memikirkan nasib saya, mencoba mencari atau memberi solusi yang kadang positif.

Pertanyaan di atas ditujukan pada apa yang saya lakukan selama bertahun kebelakang, tentang apa yang saya buat sebagai musisi. Ya, hanya karena saya selalu membagikan hasil rekaman yang saya kerjakan siang malam dan tidak pernah menjualnya seperti musisi lain. Adakah yang salah dengan apa yang saya lakukan, karena tidak memikirkan income dari jerih payah, buah pikir dan kreativitas yang saya tumpahkan ke dalam setiap karya yang terekam, lalu saya sebar gratisan? Apakah saya memang harus menjual karya untuk menutupi biaya rekaman, untuk makan atau untuk membeli kopi rokok teman begadang?

Semua ini soal pilihan. Dan dalam kasus ini saya hanya setengah egois, bukan idealis. Saya memilih untuk tidak menjual, bukan karena saya orang kaya yang tidak butuh uang. Saya memilih untuk tidak menjual, bukan karena saya menganut sebuah faham atau etos pergerakan tertentu. Saya memilih untuk tidak menjual atas kesadaran murni, karena saya ingin berbagi. Mungkin hanya itu yang bisa saya lakukan, berbagi apa yang saya bisa hasilkan pada siapa saja yang menginginkan dan tulus mengapresiasi. Ada kepuasan di sana, ada nilai estetis yang saya rasakan ketika saya menyelesaikan sebuah karya dengan keringat dan uang pribadi lantas membagikannya. Meski hanya dalam format digital dan hanya beberapa pasang telinga yang mendengarnya. Dengan jenis musik yang saya buat, semua itu sudah cukup, dan hasil keringat saya tidak hanya sia sia.

Sekali lagi saya harus katakan, bahwa saya hanya ingin berbagi dan tidak ada maksud mulia saat melakukannya. Terlalu penuh kepala ini jika harus memikirkan soal jual beli, royalti dan segala hal yang berkaitan dengan kata niaga.. Saya juga harus tegaskan, saya tidak menolak bentuk kreativitas atau kolaborasi dalam cara apapun, asal hasil akhir dari semua itu tidak untuk tujuan komersil atau mencari keuntungan di atas karya. Tidak munafik, saya juga pernah menjual rekaman dengan tujuan tertentu. Misal untuk amal atau untuk mengembalikan ongkos produksi (penggandaan atu cetak sampul dan tidak termasuk biaya rekaman). Saya juga pernah menjual rilisan dalam format fisik dalam jumlah terbatas dengan kesepakatan antara saya dan label. Tidak ada keuntungan dalam kasus ini, dan jika saya berniat mencari keuntungan jelas tidak sebanding dengan proses produksi, dengan kata lain saya tetap merugi secara angka.

Ada keistimewaan tersendiri memang saat kita memegang rilisan kita sendiri dalam format fisik, tapi saya lebih suka format digital. Saya tidak suka bertele-tele dengan kemasan fisik yang ujung ujungnya selalu soal uang dengan dalih biaya prosuksi karena semakin sedikit jumlah penggandaannya akan semakin mahal ongkosnya. Inilah alasan saya selalu merilis karya melalui netlabel. Saya tidak bermaksud membandingkan mana yang lebih baik. Bagi saya poinnya adalah pendokumentasian karya yang terarsipkan dengan baik, entah fisik atau digital bukanlah permasalahan. Semua akan lebih baik ketika sesuai dengan porsinya, maksud saya adalah tidak mungkin jika saya menggandakan album dengan jumlah besar untuk menekan biaya produksi. Dan saya juga terlalu eksklusif untuk menggandakannya dalam jumlah terbatas dengan harga yang mahal.

Kurang lebih +200 tracks sudah saya bagikan melalui netlabel atau melalui file sharing di internet. Berapa banyak waktu, ide, tenaga dan uang untuk semua rekaman itu, yang dari kacamata dunia kapitalis saya rugi banyak. Saya tidak menjadi spesial karena telah melakukannya, saya hanya senang dengan apa yang saya capai. Andai saya menjual setiap rekaman yang saya hasilkan, tetap tidak akan mengembalikan modal yang saya keluarkan. Ya, pada intinya saya belum berpikir untuk menjual. Lebih baik saya membeli rekaman dari musisi lain dan menikmatinya sambil menyelesaikan pekerjaan serabutan, dan uang hasil bekerja bisa saya gunakan untuk biaya rekaman.

Hanya sekedar mengenali kapasitas diri atas apa yang saya kreasikan selama ini, jelas bukan untuk konsumsi masal. Dengan jenis musik yang saya buat agaknya terlalu berlebihan jika saya harus berpikir soal uang. Dan rencananya album penuh saya yang ke-dua (Volume III) akan dirilis tahun 2016, semoga tetap akan saya gratiskan melalui netlabel. Pandu Hidayat / Kontroljet (November 2015)