Friday, January 31, 2014

3 Judul 6 Racau

Roman Gulita
Demi kecepatan suara yang melebihi bayangan sebelum tersungkur tersandung segepok cahaya. Romantis tidak? Seperti ketika bayangan melesat lebih cepat dari kecepatan suara lalu luput dari tangkapan cahaya. Tidak romantis.
7 Februari, 2013

Getir Bahasa
Sisa malam bersama lampu dan ilalang, terasa lengang, ada yang hilang.
Sejuta gulita kau sisakan, memupuk subur ruang sesakku.
Dingin malam ini hadirkan kebekuan, luruhkan janji harap, manusia perlu haru.
Lelahku lantang memaki. Bibir-bibir terpaku. Merapat bisu.
Habis terbakar, madu mengering, cerita luka.
Hinamu kusiram, bersih tanpa penawar.
Getir bahasa, pahit sungguh dewasa.
Menggunting kisi-kisi mimpi, merobek asa.
feb15,2013

Ambigu
Iya dan tidak sudah sama artinya, membias biru lalu kelabu.
Beberapa cerita terulang mengisi sisa-sisa malam sampai menjelang fajar.
Ada embun segar ketika terik, juga kehangatan ketika senja menjemput gelap.
Keganjilan yang sempurna. Batinku.
Februari 2013
Teras depan rumah, hujan deras, rokok sebatang, kopi hitam bagi dua.
Komposisi nan harmonis.
Kolaborasi antara semesta dan manusia.
14 Desember, 2012
+++
Kau menyeka jariku yang bercampur upil basah. Milikmu. Encer.
Bahkan lebih romantis daripada drama melankolik.
31 Desember, 2012
+++
Sekarang tanggal dua, besok tiga, lusa empat. Lalu lima.
Mulai memperhatikan isi kalender yang kaku.
Demam menghadapi keculunan fasih.
2 Januari 2012
+++
Air putih bersih di depan bibir kubiarkan habis mengering, tanpa ampas.
Aku berjalan kemana saja untuk tetesan air keruh. Saat kemarau.
Demi apel-apel lucu yang menumpuk.
Aku rela mengasah gigi tumpul.
6 Januari, 2012.
+++
Kemarin ini, sekarang itu. Besok apa?
Lusa entah!
Kecanduan rutinitas, sampai lupa menjadi pasrah.
8 Januari 2012
+++
Menyiram pohon yang belum ditanam.
Seperti fenomena estetis, tersimpan rapi di dalam plastik.
10 Januari 2012.
+++