Demi kecepatan suara
yang melebihi bayangan sebelum tersungkur tersandung segepok cahaya. Romantis tidak?
Seperti ketika bayangan melesat lebih cepat dari kecepatan suara lalu luput
dari tangkapan cahaya. Tidak romantis.
7 Februari, 2013
Getir
Bahasa
Sisa malam bersama
lampu dan ilalang, terasa lengang, ada yang hilang.
Sejuta gulita kau
sisakan, memupuk subur ruang sesakku.
Dingin malam ini
hadirkan kebekuan, luruhkan janji harap, manusia perlu haru.
Lelahku lantang memaki.
Bibir-bibir terpaku. Merapat bisu.
Habis terbakar, madu
mengering, cerita luka.
Hinamu kusiram,
bersih tanpa penawar.
Getir bahasa, pahit
sungguh dewasa.
Menggunting kisi-kisi
mimpi, merobek asa.
feb15,2013
Ambigu
Iya dan tidak sudah
sama artinya, membias biru lalu kelabu.
Beberapa cerita
terulang mengisi sisa-sisa malam sampai menjelang fajar.
Ada embun segar
ketika terik, juga kehangatan ketika senja menjemput gelap.
Keganjilan yang
sempurna. Batinku.
Februari 2013
Teras depan rumah, hujan deras, rokok sebatang, kopi hitam bagi dua.
Sekarang tanggal dua, besok tiga, lusa empat. Lalu lima.
Teras depan rumah, hujan deras, rokok sebatang, kopi hitam bagi dua.
Komposisi nan
harmonis.
Kolaborasi antara
semesta dan manusia.
14 Desember, 2012
+++
Kau menyeka jariku
yang bercampur upil basah. Milikmu. Encer.
Bahkan lebih romantis
daripada drama melankolik.
31 Desember, 2012
+++Sekarang tanggal dua, besok tiga, lusa empat. Lalu lima.
Mulai memperhatikan
isi kalender yang kaku.
Demam menghadapi
keculunan fasih.
2 Januari 2012
+++
Air putih bersih di
depan bibir kubiarkan habis mengering, tanpa ampas.
Aku berjalan kemana
saja untuk tetesan air keruh. Saat kemarau.
Demi apel-apel lucu
yang menumpuk.
Aku rela mengasah
gigi tumpul.
6 Januari, 2012.
+++
Kemarin ini, sekarang
itu. Besok apa?
Lusa entah!
Kecanduan rutinitas,
sampai lupa menjadi pasrah.
8 Januari 2012
+++
Menyiram pohon yang
belum ditanam.
Seperti fenomena
estetis, tersimpan rapi di dalam plastik.
10 Januari 2012.
+++