Tuesday, December 16, 2014

Penyembah Sepi

Ah, sungguh membosankan malam ini, tidak ada yang dapat kukerjakan selain memandangi setiap sudut ruangan ini, hanya menikmati wine dan menghabiskan berbatang rokok, membuang-buang waktu sampai pagi datang. Sebaiknya aku menceritakan sedikit kisah tentangku, ya lebih baik aku mencoba menuliskannya menjadi sebuah cerita. Kelak suatu saat ada yang membacanya, mungkin kamu atau mungkin aku sendiri yang akan membacanya. Entahlah, aku hanya tidak ingin malamku terlewatkan sia-sia tanpa menghasilkan apa-apa.

Aku hidup seorang diri di sebuah apartemen yang kudapatkan dari seorang kaya yang pernah kuselamatkan nyawanya, tapi aku tidak akan menceritakan kisahnya, karena aku tidak terlalu megenalnya. Aku juga tidak ingin mengenangnya, dan pasti dia sudah bahagia di sana. Aku tidak memiliki keluarga lagi ketika aku bertemu orang itu. Dan mendapatkan sebuah apartemen dan segala fasilitasnya adalah sebuah keberuntungan yang tidak pernah kuimpikan dalam hidup.

Luas ruangan ini setara dengan rumah tiga kamar dan ruangan-ruangan lainnya, tapi tempat ini telah aku rombak dari keadaan semula, tidak ada lagi tembok-tembok penyekat ruangan. Bahkan tak ada sekat untuk kamar mandi, aku hanya memberinya batas dengan batu-batu granit, tirai bambu dan tanaman hias, begitupun dapur miniku untuk sekedar membuat minuman hangat dan makanan ringan. Sedangkan ruang tidur, ruang kerja dan ruang untuk melakukan seluruh kegiatanku semua menyatu tanpa sekat. Ruang apartemen ini menjadi semakin luas, dan aku menjadi lebih nyaman berada di sini, sendiri. Sudah tujuh tahun aku berada di sini, dan tidak pernah sekali pun aku keluar meninggalkan tempat ini, bahkan hanya untuk satu langkah.

Pasti anda tidak percaya dan menganggapku memiliki masalah dengan kejiwaan, mungkin anda benar, tapi aku merasa baik-baik saja dan bahagia menjalaninya. Aku hidup selama ini hanya bergantung pada bisnisku yang kujalankan secara online. Tidak ada yang mengetahui keberadaanku, tidak teman atau siapa pun, kecuali seorang kurir yang kupercaya untuk mengantar dan mengambilkan sesuatu yang kubutuhkan. Orang itu pun tidak mengetahui siapa sebenarnya aku ini, juga sebaliknya. Dia adalah pegawai yang kugaji lebih setiap bulannya, dengan catatan tidak perlu turut campur dengan apa yang kukerjakan dan merahasiakan tentang semua ini.

Tujuh tahun bukan waktu yang singkat, banyak yang berubah di luar sana dan aku tidak lagi mempedulikannya. Semua sudah tidak penting untukku, satu-satunya hal yang membuatku kesulitan adalah ketika terserang penyakit. Aku terpaksa menyiapkan banyak obat, untuk sekedar berjaga-jaga, beruntung sampai detik ini kesehatanku baik-baik saja karena aku rajin berolahraga dan menjaga pola hidup dengan baik. Semua bisa kulakukan di ruangan ini, apartemen yang kutempati sejak usiaku baru menginjak dua-puluh.

Aku bukan pemurung, semua ini kulakukan karena kebetulan dan pada akhirnya menjadi rutinitas untukku, aku merasa bebas dalam ruangan ini, sangat bebas dan aku tidak ingin melepas kebebasanku di luar. Aku adalah seorang wanita muda yang cantik dan penuh semangat. Sebelum aku berada di sini, aku adalah seorang model. Tapi aku lebih memilih hidup seperti ini tanpa kepura-puraan yang selalu menuntutku tampil sempurna, aku tidak benar-benar menyukai dunia modeling dan sebenarnya aku hanya mencoba-coba.

Di suatu malam, sepulang melakukan show, aku menemukan seorang pria tua tergeletak di lobi gedung tempatku bekerja, tanpa seorang pun tahu. Aku membawanya ke rumah sakit dan ikut merawatnya, karena tidak ada kerabatnya yang bisa kukabari. Setelah itu, tanpa panjang lebar pria tua itu mewariskankan apartemen ini, kemudian ia meninggal karena terkena serangan jantung saat terpeleset di kamar mandi rumah sakit. Hanya itu yang kutahu tentangnya, dan sebenarnya aku tidak ingin mengingat kejadian itu. Yang jelas dia orang baik, dengan akhir hidup mengenaskan tanpa keluarga yang mendampinginya. Tapi sudahlah, itu kisahnya. Lupakan saja.

Selain menjalankan bisnis online untuk tetap bisa bertahan hidup, aku mengisi hari-hariku dengan melukis, hampir setiap saat aku melakukannya. Melukis adalah hobi sejak kecil dan kurasa aku memiliki bakat yang kuat, entah dari mana bakat ini kumiliki. Beberapa karya lukisku pernah laku terjual, aku memiliki kenalan seorang kolektor di dunia maya, setelah aku memperlihatkan beberapa foto lukisan yang kupajang di situs pribadiku, dia tertarik untuk membelinya. Hingga saat ini komunikasi kami masih baik, dan kadang setiap bulannya aku dapat menjual dua sampai tiga lukisan. Lukisan lainnya hanya kunikmati sendiri di ruangan ini, hampir setiap sudut sudah penuh dengan lukisan dan gambar-gambar yang kubuat sepanjang aku menempati tempat ini.

Aku juga memiliki hobi lain, aku senang mendengarkan musik. Aku memiliki beberapa alat musik, hanya sekedar untuk bernyanyi dan bersenang-senang, karena aku tidak ahli untuk memainkannya. Beberapa lagu juga pernah aku buat dan merekamnya sendiri di ruangan ini. Aku melakukan apa saja yang membuatku senang, apa saja yang dapat mengusir rasa jenuh ketika kebosanan menyerangku. Membaca buku, bermain game, menonton film, kadang juga menulis. Semua itu kulakukan sebagai rutinitas hidup yang menyenangkan. Tapi aku tidak terbiasa menulis seperti ini.

Dalam hal bersosialisasi dengan banyak orang, aku memanfaatkan berbagai jejaring sosial yang banyak tersedia. Tentu dengan nama samaran, aku dikenal sebagai “Penyembah Sepi”, itulah nama yang kupakai untuk setiap akun jejaring sosial. Aku memiliki banyak teman, dan mereka memanggilku Sepi. Bahkan aku memiliki beberapa sahabat, yang bertahun-tahun tetap intens berbagi kabar dan informasi tentang segala perkembangan. Tapi mereka semua tidak ada yang mengenali dan mengetahui siapa sebenarnya aku, juga bagaimana kehidupanku.

Aku mengaku seorang yang selalu berpindah tempat dari waktu ke waktu. Ini adalah caraku untuk menghindari pertemuan dengan teman atau sahabatku. Banyak di antara mereka yang kecewa karena tak kunjung bisa menemuiku, bahkan beberapa orang memberikan perhatian lebih dan terang-terangan menyukaiku. Mereka hanya sedang terjebak imej palsu yang disadarinya sebagai kebenaran. Semua ini tentang dunia yang tidak nyata, lantas ketika seseorang berharap lebih, maka dia akan tenggelam dengan harapan yang dibawanya dalam kehidupan nyata.

Aku tidak jahat dalam hal ini, aku hanya sedang berperan sebagai Penyembah Sepi, bukan diriku yang sebenarnya. Perihal mereka tidak mengetahuinya, itu bukan urusanku. Tapi aku tetap menganggap mereka sebagai teman dan sahabat yang mengisi satu sisi hidupku yang lain. Dalam kehidupan nyata, aku sama sekali tidak membutuhkan kehadiran mereka. Apakah aku tidak merasa kesepian? Tidak! Aku sudah terbiasa, menikmati sepiku dengan kedalaman, bahkan aku hampir tidak faham bagaimana sepi yang anda maksud.

Apakah kesepian karena tidak memiliki seorang kekasih? Atau mungkin anda mengira, aku pernah dikhianati dan memutuskan hidup seperti ini? Tidak! Justru sebaliknya, aku sering membuat pria patah hati. Aku tidak pernah menyesali apa yang kulakukan dulu dan apa yang kujalani sekarang. Semua adalah cerita yang akan menjadi sejarah, kehidupan yang akan terus berjalan sampai kita kehilangan nafas di dunia ini. Aku siap menghadapi kematianku di tempat ini, lebih baik tidak ada yang tahu sampai waktu mengurai daging-daging dan kulitku, mengelupas menjadi tengkorak yang anggun. Ah apa yang sebenarnya aku katakan ini, aku masih muda untuk sebuah kematian.

Apakah anda mencurigaiku berbohong dan bersandiwara dengan kisahku ini? Percayalah, ini adalah diriku yang sesungguhnya, tapi maaf aku tidak bisa menyebutkan nama dan identitas asliku. Seperti yang anda tahu, aku tidak mungkin melakukannya. Aku tidak ingin ketika cerita ini tersebar, dan sampai ketangan anda, kemudian anda memiliki niat untuk menghampiriku. Ah tidak, aku hanya bergurau, rupanya aku sedang sangat percaya diri malam ini. Hanya saja konsentrasiku sedikit terganggu dengan lukisan yang berada di hadapanku, sosok pria muda yang elegan, entah siapa dia dan bagaimana aku bisa begitu saja melukiskan wajahnya.

Sebaiknya aku lanjutkan kisahku. Beberapa menit lalu aku istirahat sejenak, menghabiskan sebatang rokok di ruang terbuka, semacam balkon. Itulah satu-satunya tempat untuk bertemu udara segar dan sinar matahari. Aku menatanya dengan indah dan asri, juga tanaman-tanaman segar. Aku memang memperhatikan setiap sudut ruangan ini agar tidak membosankan, aku tidak terbiasa berdiam diri, aku selalu ingin bergerak walaupun di ruang yang terbatas ini. Salah satunya dengan mengganti model tata ruang, yang hampir setiap bulan kulakukan. Paling tidak aku bisa memindah tukarkan posisi lukisan satu dengan lukisan yang lain, atau sekedar mengganti tanaman yang sudah mulai layu.

Mungkin anda mengira aku seorang seniman atau pelukis. Bukan, semua itu hanya hobi, hobi menenggelamkan diri dengan ide-ide dan berenang dalam keindahan visual. Aku menemukan imajinasi yang tidak pernah berujung ketika menghadapi lembaran kanvas, mengaduk-aduk cat dan menggoreskan garis-garis. Dan sejujurnya, aku tidak pernah menyelesaikan setiap ide di atas sebuah kanvas. Ya, lukisanku tidak pernah selesai, ini hanya bagian terkecil dari konsep seniku. Sedangkang gagasan awal setiap karya banyak kudapatkan dari bait-bait lagu atau musik instrumental, menyelaminya kemudian menafsirkannya kembali dengan perspektifku sendiri. itu saja.