Akhirnya saya sudah terlalu
jengah dengan pertanyaan “kenapa nggak
di jual?”
Pertanyaan sepele tadi kerap
saya dengar dari orang-orang terdekat; sahabat, teman nongkrong, keluarga,
mantan pacar bahkan gebetan. Sampai titik bosan atas pertanyaan itu, saya masih
belum pernah puas menjawab dan seringnya tidak saya jawab. Tersenyum saja,
berharap mereka selesai dengan pertanyaan yang sebenernya bukan sekedar iseng
atau basa basi. Karena beberapa di antara mereka sangat serius dengan pertanyaan
tadi. Mereka memikirkan nasib saya, mencoba mencari atau memberi solusi yang
kadang positif.
Pertanyaan di atas ditujukan
pada apa yang saya lakukan selama bertahun kebelakang, tentang apa yang saya
buat sebagai musisi. Ya, hanya karena saya selalu membagikan hasil rekaman yang
saya kerjakan siang malam dan tidak pernah menjualnya seperti musisi lain.
Adakah yang salah dengan apa yang saya lakukan, karena tidak memikirkan income
dari jerih payah, buah pikir dan kreativitas yang saya tumpahkan ke dalam
setiap karya yang terekam, lalu saya sebar gratisan? Apakah saya memang harus
menjual karya untuk menutupi biaya rekaman, untuk makan atau untuk membeli kopi
rokok teman begadang?
Semua ini soal pilihan. Dan
dalam kasus ini saya hanya setengah egois, bukan idealis. Saya memilih untuk
tidak menjual, bukan karena saya orang kaya yang tidak butuh uang. Saya memilih
untuk tidak menjual, bukan karena saya menganut sebuah faham atau etos
pergerakan tertentu. Saya memilih untuk tidak menjual atas kesadaran murni,
karena saya ingin berbagi. Mungkin hanya itu yang bisa saya lakukan, berbagi apa
yang saya bisa hasilkan pada siapa saja yang menginginkan dan tulus
mengapresiasi. Ada kepuasan di sana, ada nilai estetis yang saya rasakan ketika
saya menyelesaikan sebuah karya dengan keringat dan uang pribadi lantas
membagikannya. Meski hanya dalam format digital dan hanya beberapa pasang
telinga yang mendengarnya. Dengan jenis musik yang saya buat, semua itu sudah
cukup, dan hasil keringat saya tidak hanya sia sia.
Sekali lagi saya harus
katakan, bahwa saya hanya ingin berbagi dan tidak ada maksud mulia saat
melakukannya. Terlalu penuh kepala ini jika harus memikirkan soal jual beli,
royalti dan segala hal yang berkaitan dengan kata niaga.. Saya juga harus
tegaskan, saya tidak menolak bentuk kreativitas atau kolaborasi dalam cara
apapun, asal hasil akhir dari semua itu tidak untuk tujuan komersil atau
mencari keuntungan di atas karya. Tidak munafik, saya juga pernah menjual
rekaman dengan tujuan tertentu. Misal untuk amal atau untuk mengembalikan ongkos
produksi (penggandaan atu cetak sampul dan tidak termasuk biaya rekaman). Saya
juga pernah menjual rilisan dalam format fisik dalam jumlah terbatas dengan
kesepakatan antara saya dan label. Tidak ada keuntungan dalam kasus ini, dan
jika saya berniat mencari keuntungan jelas tidak sebanding dengan proses
produksi, dengan kata lain saya tetap merugi secara angka.
Ada keistimewaan tersendiri
memang saat kita memegang rilisan kita sendiri dalam format fisik, tapi saya
lebih suka format digital. Saya tidak suka bertele-tele dengan kemasan fisik
yang ujung ujungnya selalu soal uang dengan dalih biaya prosuksi karena semakin
sedikit jumlah penggandaannya akan semakin mahal ongkosnya. Inilah alasan saya
selalu merilis karya melalui netlabel. Saya tidak bermaksud membandingkan mana
yang lebih baik. Bagi saya poinnya adalah pendokumentasian karya yang
terarsipkan dengan baik, entah fisik atau digital bukanlah permasalahan. Semua
akan lebih baik ketika sesuai dengan porsinya, maksud saya adalah tidak mungkin
jika saya menggandakan album dengan jumlah besar untuk menekan biaya produksi.
Dan saya juga terlalu eksklusif untuk menggandakannya dalam jumlah terbatas
dengan harga yang mahal.
Kurang lebih +200 tracks
sudah saya bagikan melalui netlabel atau melalui file sharing di internet. Berapa
banyak waktu, ide, tenaga dan uang untuk semua rekaman itu, yang dari kacamata
dunia kapitalis saya rugi banyak. Saya tidak menjadi spesial karena telah
melakukannya, saya hanya senang dengan apa yang saya capai. Andai saya menjual
setiap rekaman yang saya hasilkan, tetap tidak akan mengembalikan modal yang
saya keluarkan. Ya, pada intinya saya belum berpikir untuk menjual. Lebih baik
saya membeli rekaman dari musisi lain dan menikmatinya sambil menyelesaikan
pekerjaan serabutan, dan uang hasil bekerja bisa saya
gunakan untuk biaya rekaman.
Hanya sekedar mengenali
kapasitas diri atas apa yang saya kreasikan selama ini, jelas bukan untuk
konsumsi masal. Dengan jenis musik yang saya buat agaknya terlalu berlebihan
jika saya harus berpikir soal uang. Dan rencananya album penuh saya yang ke-dua
(Volume III) akan dirilis tahun 2016, semoga tetap akan saya gratiskan melalui
netlabel. Pandu Hidayat / Kontroljet (November 2015)